Tidak semua yang kita lihat adalah penampilan yang sebenarnya. Bahkan apa yang kita lihat kemungkinan bagian kulit terluar dengan luka didalam yang mulai membusuk. Dia perlu sentuhan pada lukanya, bukan kulitnya. Dia perlu tahu bahwa dia butuh pertolongan.
Hal ini yang saya lihat dari sebut saja Amel. Tak ada satu pun yang bisa mengontrol kehendaknya, kecuali ibu. Namun apa yang diajarkan ibu tidak semuanya baik, yang membuat gadis manis ini tumbuh dalam keadaan yang nyaris tanpa sedikit senggolan senyum canda yang nyata.
Tak akan ada satupun yang akan mengerti dari mana asalnya, tanpa kita tahu akarnya. Hal itu yang saya temukan ketika memperhatikan Amel yang takut jika tidak belajar bersama kakak-kakak relawan dan ditegur ibunya.
Satu kemungkinan yang pasti adalah dekat dengannya sebagai seorang yang memiliki otoritas sekaligus teman dapat mengubah karakternya dan menyadari bahwa ada beberapa sikapnya yang tidak patut untuk dilakukan. Bukan teman yang biasa-biasa saja, tetapi teman dengan sejuta ide untuk tetap mempertahankan kepercayaan dan canda tawanya. Tidak mudah hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali dengan hati siap menerima konsekuensi tersakiti.
Perlahan mengajarkan kesabaran dan kerendahan hati membuatnya lebih tenang. Tetapi selalu dengan kunci yang sama bahwa yang dia, bukan hanya Amel tetapi seluruh anak-anak membutuhkan bukan sekedar “pendamping” tetapi teman. Bukan teman yang hanya menemani “belajar dan bermain” tetapi juga menjadi teman sebayanya yang paham apa yang terjadi pada dirinya. Bukan teman yang membatasi tetapi teman yang paham bagaimana membantu mengarahkan ke tujuan yang baik.