By Sammy Ladh*
“Peduli tidak sama dengan memberi uang”, begitu kira-kira bunyi pesan yang terpampang dalam berbagai poster yang dipasang di banyak perempatan di Yogyakarta. Kemudian, di bagian bawah poster tertulis pesan lain dengan huruf yang lebih kecil, “salurkan uang receh anda kepada yayasan sosial atau badan keagamaan”.
Banyak orang yang setuju dengan isi pesan yang terpampang dalam poster-poster itu. Argumennya adalah banyak pengemis kalau diperhatikan sebenarnya masih bisa sangat produktif, berusia muda dan berbadan sehat. Jika ada yang terlihat cacat, banyak juga yang masih bisa dicurigai hanya berpura-pura. Argumen lain adalah adanya sindikat yang mempekerjakan para pengemis, anak-anak yang disewakan untuk lebih membangkitkan rasa iba, serta penghasilan para pengemis yang jika dihitung bisa lebih besar dari para pegawai kantoran. Ada juga yang tidak setuju dan mengatakan untuk tidak memukul rata semua pengemis sebagai ‘penjahat’. Ada juga yang terlihat sungguh-sungguh memilukan dan membutuhkan uluran tangan.
Sebagai lembaga yang telah lebih dari sepuluh tahun mendampingi dan melayani anak jalanan, Rumah Impian juga berpendapat bahwa memberi uang receh di jalanan bukanlah sesuatu yang bijaksana. Khususnya dalam kasus anak jalanan, uang receh yang diberikan di jalanan adalah tantangan besar bagi program pendampingan yang dilakukan oleh Rumah Impian. Uang yang diberikan di jalanan hanya akan membuat si anak semakin ‘nyaman’ hidup di jalan. Setiap hari, seorang anak jalanan bisa mendapat uang antara Rp 50.000 – Rp 100.000, tergantung usia dan seberapa mengibakannya penampilan merela. Akan tetapi, uang yang didapat dengan mudah itu biasanya dihabiskan untuk bermain game, chatting di internet, minuman keras, dan narkoba (mulai dari menghirup lem aibon sampai ganja dan obat-obatan).
Pernah anak-anak yang didampingi Rumah Impian diberi kesadaran dan diajari untuk menabung uang receh yang mereka terima. Tidak semuanya tertarik, namun beberapa anak yang melakukannya bisa menyimpan uang yang cukup untuk dibelikan tiket kereta api pulang ke tempat asal mereka, plus oleh-oleh bagi orang tua yang menunggu di kampung.
Lalu bagaimana? Memberi atau tidak memberi, ketika tangan peminta-minta itu terjulur? Bagi banyak orang, rasa iba kadang tidak bisa dihentikan dengan poster-poster himbauan, namun argumen-argumen tentang ‘kepalsuan’ para peminta-minta, bisa membuat banyak orang menjadi galau juga, sehingga pertanyaannya kemudian benar-benar adalah “lalu bagaimana?”.
Sebenarnya poster-poster himbauan tadi sudah memberi jalan bagi orang-orang yang sungguh-sungguh peduli dan iba. “Salurkan uang receh anda kepada yayasan sosial atau badan keagamaan”, begitu bunyi pesannya, yang sayang memang ditulis dalam huruf yang lebih kecil. Lebih disayangkan lagi adalah tidak terlalu banyak tersedia informasi mengenai yayasan atau lembaga yang bisa menerima saluran uang receh orang-orang yang peduli itu. Kurangnya informasi, dan ditambah dengan begitu banyaknya kasus korupsi yang berseliweran di negeri ini, membuat orang kemudian memilih untuk memberikan langsung, dan mengabaikan begitu saja pesan di poster-poster itu.
Oleh karena itu Rumah Impian mengampanyekan program yang bernama Mitra Hope/Hope Partner. Ini adalah komitmen untuk memberikan donasi sebesar minimum Rp 50,000/bulan, bagi anak asuh di Hope Shelter. Hope Shelter sendiri adalah divisi yang berfungsi sebagai tempat pengasuhan bagi anak-anak yang telah menetapkan hati untuk meninggalkan jalanan dan kembali ke bangku sekolah. Sasaran Hope Shelter adalah anak-anak berusia 7-15 tahun yang hidup di jalanan, baik yang masih mempunyai orang tua ataupun yang telah terpisah dari orang tuanya. Di Hope Shelter, anak-anak ini dicarikan sekolah, sesuai dengan usia dan kemampuan mereka, dan dibiayai secara penuh, baik biaya sekolah maupun biaya hidup (makanan, pakaian, uang saku, kesehatan, dll). Setiap tahun selalu ada anak jalanan yang berhasil dikembalikan ke sekolah oleh Rumah Impian.
Rp 50.000/bulan atau sekitar Rp 1667/hari melalui program Mitra Hope jelas akan berbeda dengan receh yang anda berikan di jalanan. Melalui Mitra Hope 50K, receh (small change) anda, akan membuat perbedaan besar (big change) bagi anak-anak jalanan yang didampingi. Setiap donasi yang diberikan juga tercatat dan dilaporkan penggunaannya setiap bulan. Donatur juga dapat mengunjungi Hope Shelter setiap waktu, untuk melihat bagaimana donasi Anda telah dipergunakan untuk peningkatan kualitas layanan bagi anak-anak. Sebagai bentuk pertanggungjawaban juga, setiap tahun Rumah Impian diaudit oleh auditor independen.
Jadi, jika Anda peduli namun tidak ingin memberi receh Anda di jalanan, mungkin program Mitra Hope dari Rumah Impian bisa menjadi salah satu alternatif.
* Founder Yayasan Rumah Impian Indonesia