Mencari, Menyadarkan, Mengubahkan

Berkampanye untuk tidak memberi receh kepada anak jalanan dan sebagai gantinya mengajak masyarakat berpartipasi mendukung program pemberdayaan yang dilakukan Rumah Impian melalui kampanye Mitra Hope 50K, merupakan sebuah langkah yang membutuhkan keberanian tersendiri. Konsekuensi dari langkah itu adalah Rumah Impian harus bisa menunjukkan bahwa program pemberdayaan yang dilakukan memang layak untuk didukung. Tulisan ini sedikit banyak berusaha untuk menunjukkan hal itu, sekaligus sebagai refleksi akan apa yang sudah dilakukan Rumah Impian sampai tahun 2012 yang lalu.

Sejak memulai aktivitas di tahun 2006 yang lalu (1 November 2006 persisnya), banyak yang telah dilakukan Rumah Impian dalam mewujudkan visi transformasi anak jalanan menjadi pribadi yang mandiri dan peduli sesama. Akan tetapi, aktivitas Rumah Impian untuk mewujudkan visi itu sebenarnya bisa digambarkan dengan 3 kata sederhana: mencari, menyadarkan, dan mengubahkan.

Rumah Impian “mencari” anak-anak jalanan melalui divisi Street Contacting, yang mendatangi titik-titik berkumpul anak jalanan. “Mencari” di sini bukanlah sebuah aktivitas insidentil tetapi aktivitas rutin, karena para relawan Rumah Impian setelah menemukan anak-anak yang sesuai dengan sasaran layanan (usia 7-15 tahun), melanjutkan dengan pendekatan dengan semangat solidaritas sebagai sahabat.

Melalui pendampingan rutin 2-3 kali seminggu, anak-anak jalanan diajak untuk memandang lebih jauh kehidupannya. Ada kehidupan yang lebih baik dari kehidupan mereka saat itu, yaitu kehidupan di luar jalanan yang dapat mereka alami untuk memujudkan  mimpi-mimpi yang mungkin sudah mulai usang dari benak mereka. Dalam kegiatan ini, para relawan membawa ‘KoPeR’ (Kotak Perpustakaan), sebuah kotak yang berisi banyak buku menarik. Anak-anak yang belum bisa menulis, membaca dan berhitung (calistung) didampingi dan diajari, anak-anak yang sudah bisa didampingi supaya mereka termotivasi untuk kembali ke sekolah. Setiap anak diperlakukan sebagai individu yang unik dengan impian masing-masing.

Pendampingan inilah yang disebut sebagai aktivitas “menyadarkan”. Ketika ada anak yang tergugah untuk meninggalkan jalanan dan kembali ke sekolah, tindakan selanjutnya adalah “mengubahkan” (transformasi). Anak-anak yang mau meninggalkan jalanan ini dicarikan sekolah dan disiapkan tempat di Hope Shelter, sebuah asrama dengan konsep keluarga. Hope Shelter disediakan khususnya bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua, atau yang keluarganya tidak sanggup mengasuh mereka. Namun Hope Shelter juga berperan penting dalam proses “mengubahkan” tadi.

Anak-anak yang masuk ke Hope Shelter tidak lagi disebut sebagai anak jalanan oleh Rumah Impian. Mereka sekarang adalah anak-anak sekolah, yang mengejar impian dan cita-cita sesuai potensi dan talenta mereka sebagai individu yang unik. Di Hope Shelter anak-anak ini bukan hanya disekolahkan tetapi juga dikembangkan talentanya dan diajarkan kemandirian melalui wirausaha kecil-kecilan.

Rumah Impian sudah melakukan ini sejak 2006 (street contacting), dan hingga saat ini, di Hope Shelter sudah ada 20 anak yang kembali bersekolah dan saat ini 15 anak berada di Hope Shelter dengan prestasi mereka masing-masing. Prestasi? Ya, anak-anak Hope Shelter meraih peringkat yang baik di sekolahnya. Saat ini ada 5 orang anak di bangku SLTA 5 anak di bangku SLTP dan 5 anak di SD dan 1 anak di TK. Anak-anak yang di bangku SLTP semuanya berada di peringkat 10 besar di kelasnya. 1 orang terpilih sebagai ketua OSIS di sekolahnya untuk periode 2012-2013, dengan mengalahkan kandidat lain, yang juga anak asuh di Hope Shelter. Ada juga yang berbakat menulis dan diangkat sebagai pemimpin redaksi majalah sekolahnya. Anak-anak laki-laki semuanya menjadi anggota Sekolah Sepakbola ternama di Sleman, di mana mereka sudah meraih trofi bersama.

Semua itu dilakukan Rumah Impian dengan dana swadaya, tanpa funding dari donatur besar atau dari luar negeri. Itu dimungkinkan karena semua dana yang ada dikelola dengan baik dan transparan, dengan prioritas pada transformasi anak-anak yang didampingi. Kerja keras Rumah Impian membuahkan hasil lain, yaitu sejak 2012 sebuah lembaga bernama ICCO/Kerk in Aktie menggandeng Rumah Impian sebagai mitra kerja. Artinya, Rumah Impian sudah cukup dipercaya sebagai lembaga yang akuntabel dan mempunyai hasil yang nyata.

Akan tetapi, jalan masih panjang. Masih banyak anak jalanan yang berkeliaran, dan Rumah Impian mengundang Anda untuk berpartisipasi agar dapat terus mencari, menyadarkan, dan mengubahkan anak-anak yang membutuhkan pertolongan. Bukan dengan “memberi receh” tentunya..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.