Kisah Chef Ambon

oleh Sammy Ladh

Bisakah seorang mantan anak jalanan, jebolan program Kejar Paket, melatih calon-calon juru masak yang kebanyakan berijazah diploma perguruan tinggi? Bisa!

Jawaban dan seruan itu biasanya populer di dunia olahraga, sebagai pekik pembangkit semangat atlet yang sedang berlaga. Di Rumah Impian pekik ini dipakai untuk membangkitkan semangat teman-teman di jalanan yang sedang berproses menuju impian mereka, sekaligus menginspirasi teman-teman yang lain untuk bangkit mengejar impian mereka. Semua anak dikaruniai talenta dan potensi untuk menjadi manusia yang berdaya guna. Talenta dan potensi itu jika digerakkan oleh impian dan dilengkapi dengan dukungan dari pihak-pihak yang berperan sebagai pendamping dan fasilitator, akan menjadi modal besar untuk mengantarkan seorang anak menuju sukses sebagai manusia yang berdaya guna.

Wisnu, atau populer dipanggil “Ambon” di antara anak-anak jalanan karena warna kulitnya yang gelap tapi manis, adalah salah satunya. Ambon hidup di jalanan karena masalah keluarga dan pengaruh lingkungan. Ia bertemu dengan Rumah Impian tujuh tahun lalu, yang ketika itu mendampingi teman-teman di daerah Jetis, Yogyakarta. Ketika itu Ambon, sulung dari tiga bersaudara ini, berusia 15 tahun.

Ambon adalah remaja yang mempunyai multitalenta. Talentanya yang menonjol di antaranya adalah musik dan memasak. Sayang, saat itu dia sulit mengembangkan talentanya karena tak ada ruang untuk itu.  Sekolah saja dia sudah putus di jenjang SLTP.

Pendampingan yang dilakukan oleh Rumah Impian adalah pendampingan dengan pendekatan solidaritas seorang teman. Para relawan Rumah Impian mengunjungi mereka di tempat-tempat anak-anak jalanan berkumpul, bukan untuk mengajar atau membawa bantuan sembako, namun untuk berkenalan dan mencoba berteman dengan mereka. Banyak orang juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan ini terlalu sederhana (sebuah eufemisme dari kata “sepele” mungkin) untuk membantu menyelesaikan persoalan anak jalanan. Namun bagi Rumah Impian, kepercayaan bahwa semua manusia bisa berubah adalah yang paling penting.

Maka Ambon pun diarahkan untuk mengembangkan talenta-talentanya itu. Gayung pun bersambut, dan Ambon yang memang mempunyai tekad kuat untuk maju itu memulainya dengan menyelesaikan jenjang SLTP melalui program Kejar Paket.

Talentanya bermusik sempat mengantarkannya untuk terlibat dalam beberapa kelompok musik, dengan cita-cita untuk melahirkan album musik. Akan tetapi setelah beberapa lama berproses, Ambon akhirnya menemukan bahwa passion sejatinya ternyata adalah di dunia memasak.

Ambon lalu bekerja keras mengembangkan kemampuannya di bidang ini. Melalui proses yang lumayan panjang, dia akhirnya pada tahun 2012 diterima bekerja di sebuah restoran spesialis masakan Jerman di kota Yogyakarta. Masuk sebagai steward, tekad kuatnya untuk terus belajar dan mengembangkan diri membuatnya diangkat sebagai Cook Helper dalam waktu 2 bulan. 3 bulan sebagai cook helper, ia diberi kesempatan oleh perusahaan untuk mengembangkan diri lewat pelatihan-pelatihan dan naik pangkat menjadi cook.

Talentanya sebagai juru masak yang handal kemudian semakin terasah, bahkan sempat mengundang pujian dari pemilik perusahaan yang mencicipi salah satu kreasi masakannya. Setelah 6 bulan menjadi cook, Ambon lalu diangkat menjadi Chef, dan bahkan saat ini dia dilibatkan dalam menyiapkan restoran-restoran baru di kota-kota lain, untuk melatih calon-calon juru masak baru yang umumnya lulusan akademi itu.

Kerja keras, niat dan tekad yang kuat, serta fokus pada impian yang ingin dikejar, itulah yang menjadi prinsip Ambon.

“Teman-teman yang masih di jalanan pun pasti bisa seperti saya, asalkan mau membayar harga berupa kerja keras dan jujur. Kesempatan pasti datang bagi mereka yang mau membayar harga demi sebuah impian,” katanya.

Ambon juga belum merasa puas, karena baginya proses yang harus dijalaninya masih panjang, dan masih ada impian-impian yang ingin digapainya. Impian Ambon sekarang adalah menjadi seorang chef ternama, yang berkiprah secara internasional dan menjadi inspirasi bagi semua orang yang bernasib kurang baik seperti dia dahulu. Bukan itu saja, dia juga bermimpi untuk suatu hari dapat mendirikan sekolah memasak, untuk membantu orang lain yang mempunya talenta di bidang memasak namun tidak mendapatkan kesempatan belajar secara formal.

Impian Ambon dan cerita suksesnya ini merupakan bukti sekaligus tantangan bagi Rumah Impian, dan bagi kita semua, bahwa tidak ada yang tidak bisa dilakukan, jika kita berani bermimpi dan bekerja keras mengejar impian itu. Selain Ambon masih ada banyak anak-anak yang lain, yang juga sedang dalam proses meraih impian-impian mereka bersama Rumah Impian. Rumah Impian memandang setiap anak memiliki talenta dan potensi yang unik, membantu anak-anak mengembangkan talenta dan potensi di bidang musik, olahraga, akademis, dan seni.

“Impian kami adalah melihat mereka mewujudkan impian mereka,” ujar Erna Agustina, Ketua Rumah Impian.

Menurutnya pendekatan dengan mencoba berteman dengan anak jalanan memang membutuhkan perjuangan yang tidak ringan, namun terbukti ampuh. Saat ini ada 16 orang anak yang sedang didampingi oleh Rumah Impian dan dikembangkan talenta dan potensinya yang unik. Ada Amat yang sedang berjuang mendapatkan tempat utama di sebuah klub sepakbola di Sleman, Juli yang mengembangkan talentanya sebagai pemusik, Dwi dan Anis yang memiliki talenta di bidang menulis, atau Restu yang menonjol dengan prestasi akademik di sekolahnya, serta Jihan yang cakap berorganisasi sehingga terpilih sebagai ketua OSIS di sekolahnya. Apakah mereka akan bisa meraih impian mereka? Rumah Impian percaya, “Bisa!”

Mau Lihat Seperti Apa Kapal Pesiar (Yacht) tempat Ambon bekerja? Klik di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.