Selama beberapa tahun belakangan ini saya memperhatikan ada fenomena yang menarik dalam gaya hidup anak jalanan. Dari mereka yang hidupnya berpindah-pindah dari perempatan satu ke perempatan yang lainnya, yang tergantung dengan Lem Aibon bagi yang kelas teri sampai yang bermain dengan Pil Koplo. Namun ada satu fenomena unik yang saya perhaitkan dari teman-teman saya di jalanan, yaitu cara mereka berpacaran, sangat menggelitik hati saya saat melihat seorang pemuda berusia 27 tahun bersikap layaknya seorang anak berusia 12 tahun karena saat itu dia sedang mendekati cewek yang berusia 12 tahun.
Hal itu bukan hanya terjadi pada satu orang saja, tetapi hampir semua cowok yang berkecimpung di jalanan, mereka akan berusaha sekuat tenaga jika melihat seorang cewek yang dalam usia yang masih belia tetapi sudah mulai tumbuh layaknya seorang gadis. Berbagai rayuan dan tawaran yang mereka berikan agar gadis-gadis yang masih belia ini dapat ditaklukan. Satu adegan yang tidak bisa dilupakan adalah suatu malam, saat itu sekitar jam 11 malam, saya berpapasan dengan dua orang anak dari perempatan Sagan, saat itu mereka berdua dibonceng oleh seorang pemuda dan keduanya dalam pengaruhberat alkohol. Itulah salah satu cara yang dilakukan oleh cowok-cowok untuk mendapatkan gadis-gadis belia itu.
Sangat miris hati saya saat melihat keadaan itu di jalanan. Hal seperti itulah yang berpotensi menjerumuskan gadis-gadis jalanan ke dalam prostitusi jalanan. Sesuatu harus dilakukan untuk menghentikan gejala yang memilukan ini. Program Street Contacting LSM Rumah Impian yang didesain untuk menjalin relasi sebagai sahabat bagi anak-anak di jalanan, tentu tidak bisa tinggal diam melihat fenonema ini. Tulisan ini, mungkin dapat berperan sebagai pemicu awal bagi kita semua untuk berpikir dengan lebih serius dan merancang sebuah rencana aksi yang cepat dan efektif untuk menolong adik-adik kita dari rayuan maut gaya hidup anak jalanan itu. Mari!